"Besarnya kontribusi sektor maritim pada defisit neraca jasa disebabkan oleh besarnya penggunaan jasa dari luar negeri dalam kegiatan bisnis di sektor ini
Sebagai negara dengan bentuk geografis berupa kepulauan dan dua per tiganya adalah lautan, ternyata kegiatan ekonomi dari sektor maritim masih sangat kecil. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan, butuh banyak perombakan kebijakan agar sektor maritim memberi sumbangsih lebih besar terhadap perekonomian nasional.
"Share (sumbangsih) pangsa dari maritim hanya 4%. Padahal negara kita adalah negara kepulauan. Harusnya ada banyak kegiatan dari mulai pelayaran, perikanan dan pariwisata. Tapi nyatanya belum bisa dilakukan," kata dia dalam diskusi di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau, Batam, Kamis (11/8/2016). Dibandingkan negara lain, dengan luas wilayah laut yang jauh lebih kecil dari Indonesia, justru sumbangsih sektor maritim terhadap perekonomian negaranya jauh lebih besar dari Indonesia. "Filipina misalnya, kontribusinya lebih dari 20%. Jepang juga di atas 20%. Padahal luas laut mereka nggak seluas yang kita punya," sambung dia.
Untuk itu, ia mengatakan, perlu banyak perombakan kebijakan agar perekonomian Indonesia bisa tumbuh lebih cepat didorong oleh peningkatan di sektor maritim."Kalau kita hanya 4%, di negara lain lebih dari 20%, artinya peluang kita masih sangat besar sekali. Tinggal bagaimana kita bisa memaksimalkannya," pungkas dia.
Sektor maritim masih memberikan kontribusi yang kecil pada perekonomian Indonesia. Fakta lebih mencengangkan, sektor maritim seperti perikanan dan pelayaran justru memberi kontribusi pada defisit neraca jasa."Kontribusi sektor maritim mencapai 80% pada defisit neraca jasa," ujar Juda Agung. Ia merinci, besarnya kontribusi sektor maritim pada defisit neraca jasa disebabkan oleh besarnya penggunaan jasa dari luar negeri dalam kegiatan bisnis di sektor ini. "Sewa kapal ke asing, leasing asing (kredit pembelian kapal), asuransi kapal ke asing, sampai sewa crane juga masih banyak ke asing," tutur dia. Defisit ini, kata dia, sudah berlangsung bertahun-tahun dan harus segera dipecahkan. Sekedar catatan saja, defisit neraca jasa di tahun 2015 mencapai US$ 8,3 miliar atau Rp 107,9 triliun. Artinya, defisit neraca jasa di sektor maritim saja bisa mencapai Rp 86,32 triliun di tahun 2015. "Jadi cukup besar dan harus kita sikapi dengan baik," tegas dia.
sumber : detik.com